Rabu, 23 September 2015

PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
       Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan. Perubahan yang terjadi adalah pergantian Kurikulum 2013 dari Kurikulum sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah menetapkan Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan pada sekolah/madrasah. Penerapan kurikulum ini tentu dilakukan secara bertahap. Ada banyak komponen yang melekat pada Kurikulum Tahun 2013 ini. Hal yang paling menonjol adalah pendekatan dan strategi pembelajarannya. Guru masih memahami dan menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran Kurikulum sebelumnya. Hal ini perlu ada perubahan mindset dari metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi pembelajaran pola baru sesuai dengan yang diterapkan pada Kurikulum Tahun 2013.
       Berikut ini akan dipaparkan langkah pembelajaran pada scientific approach menggamit beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keteramplilan. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
       Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas  “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh  melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, manyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta  mempengaruhi karakteristik  standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajarn berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inguiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok, maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Secara umum, pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum  sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan diberbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.[1]
       Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi pendekatan saintifik?
2.      Bagaimana proses pembalajaran?
3.      Apa saja fungsi Kurikulum 2013?
4.      Bagaimana menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui definisi pendekatan saintifik.
2.      Mengetahui proses pembelajaran.
3.      Mengetahiu fungsi Kurikulum 2013.
4.      Mengetahui penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran.










BAB  II
PENDEKATAN SAINTIFIK

A.    Pengertian Pendekatan Saintifik
       Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati  (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi  menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi  pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
       Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran maelibatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin tingginya kelas siswa.
       Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal poko berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memilik kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal diatas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperluksn dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.
       Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif  yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif  yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru kedalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi atara asimilsi dan akomodasi.
       Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal develoment daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur dan Wikandari,
2000: 4).
      
B.     Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.      Berpusat pada siswa.
2.      Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3.      Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4.      Dapat mengembangkan karakter siswa.

a.      Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
       Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.
1.      Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2.      Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3.      Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4.      Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5.      Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6.      Untuk mengembangkan karakter siswa.

b.      Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik
       Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.      Pembelajaran berpusat pada siswa
2.      Pembelajaran membentuk student self concept.
3.      Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4.      Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5.      Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
6.      Pembelajaran meningkatkan motivaasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
7.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
8.      Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

C.    Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
       Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Meliputi : menggali informasi melalui observimg/pengamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, associating/menalar, kemudian menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk jaringan/networking. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi, seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sfat non-ilmiah.
       Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum sekarang ini. Scientific approach (pendekatan ilmiah)adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran Kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah.
       Pendekatan ilmiah/scientific approach mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut.
a.       Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas hanya kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b.      Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-mert, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c.       Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d.      Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
e.       Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons materi pembelajaran.
f.       Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
g.      Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
       Sedangkan proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu attitude/sikap, knowledge/pengetahuan, dan skill/keterampilan (disingkat KSA = knowledge, skill, dan attitude).
a.       Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.
b.      Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
c.       Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”.
d.      Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan anatar kemampuan untuk menjadi manusia yang lebih baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e.       Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.[2]
















D.    Fungsi dan Peranan Kurikulum 2013
       Menurut Subandijah (1993: 2) kurikulum adalah aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah, baik dalam maupun diluar sekolah.
       Menurut Posner (1992) dalam Muhammad Nuh (2013: 32) kurikulum adalah seluruh pengalaman yang direncanakan yang akan dialami oleh siswa dalam seluruh proses pendidikan disekolah; sehingga tujuan pendidikan tercapai. Pengalaman itu mengandung beberapa hal antara lain:
1.      Pengalaman itu menyangkut pengalaman kurikuler dikelas, dan pengalaman kokurikuler, dan pengalaman luar sekolah (ekstrakulikuler).
2.      Pengalaman itu berkaitan dengan konteks, filsafat, isi, pengaturan isi, metode, dan evaluasi.
3.      Pengalaman itu hanya akan jalan bila beberapa hal berikut disertakan/dilibatkan:
* Guru
* Fasilitas
* Infrastruktur
* Buku
* Situasi dan suasana sekolah
       Menurut Mida Latifatul M (2013: 15) pengertiuan kurikulum seperti yang dijabarkan diatas dianggap terlalu sederhana, karena pada dasarnya istilah kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakupsemua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami secara langsung oleh siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
                   Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
a.       Mengamati (observasi)
Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
b.      Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
c.       Mengumpulkan Informasi
Tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
d.      Menalar
Memproses informasi yang sudah dikimpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dari kegiatan mengumpulkan.[3]












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
       Perubahan yang terjadi pada Kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya. Bertujuan dalam rangka menerapkan pendidikan yang bernutu untuk diterapkan pada sekolah/ madrasah. Agar mencetak peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

B.     Saran
       Bagi pengajar yang terpenting adalah mengubah mindset dan memahami serta mampu menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang diterpkan pada Kurikulum 2013 ini dengan baik, sesuai dengan standar proses yang telah dipersyaratkan  sesuai dengan peraturan yang diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.







DAFTAR PUSTAKA
 
Kurikulum 2013 : Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik (2)
Hosnan, M. 2014.  Pendekatan Saintifik dan Kontekstual. Ghalia Indonesia : Jakarta




[1] Dr. M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2014) hh 31-34
[2] Dr. M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2014) hh 34-39
[3] Menurut para ahli kurikulum, (Jakarta, 2014) hh 6-7 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wikipedia

Hasil penelusuran