BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perubahan merupakan sesuatu yang harus
terjadi pada bidang pendidikan. Perubahan yang terjadi adalah pergantian
Kurikulum 2013 dari Kurikulum sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan
yang bermutu, pemerintah telah menetapkan Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan
pada sekolah/madrasah. Penerapan kurikulum ini tentu dilakukan secara bertahap.
Ada banyak komponen yang melekat pada Kurikulum Tahun 2013 ini. Hal yang paling
menonjol adalah pendekatan dan strategi pembelajarannya. Guru masih memahami
dan menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran Kurikulum sebelumnya. Hal
ini perlu ada perubahan mindset dari
metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi pembelajaran pola baru
sesuai dengan yang diterapkan pada Kurikulum Tahun 2013.
Berikut ini akan dipaparkan langkah
pembelajaran pada scientific approach
menggamit beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan
pembelajaran. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keteramplilan. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan,
sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah
kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang
berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas
“menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar,
manyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan
perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses. Untuk
memperkuat pendekatan ilmiah (scientific),
tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran) perlu diterapkan pembelajarn berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inguiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok, maka sangat
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
Secara umum, pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang
taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara
umum sudah dikenal luas. Berdasarkan
teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan
pendidikan diberbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem
Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.[1]
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan
pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan
ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian,
proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan
keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa definisi pendekatan saintifik?
2. Bagaimana proses pembalajaran?
3. Apa saja fungsi Kurikulum 2013?
4. Bagaimana menerapkan pendekatan saintifik dalam proses
pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi pendekatan saintifik.
2. Mengetahui proses pembelajaran.
3. Mengetahiu fungsi Kurikulum 2013.
4. Mengetahui penerapan pendekatan saintifik dalam proses
pembelajaran.
BAB II
PENDEKATAN SAINTIFIK
A. Pengertian
Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena
itu, kondisi pembelajaran yang
diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu
dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran maelibatkan keterampilan proses, seperti mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam
melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi,
bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin tingginya kelas
siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan
tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori
belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal poko
berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses
kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan
intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari
teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memilik kesempatan untuk
melakukan penemuan. Keempat, dengan
melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal diatas
adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperluksn dalam pembelajaran
menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar
berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema
adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya
seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya
(Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan
berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
merupakan proses kognitif yang dengannya
seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum,
prinsip ataupun pengalaman baru kedalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri
rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya
penyeimbangan atau ekuilibrasi atara asimilsi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa
pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal develoment daerah terletak antara tingkat
perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur
dan Wikandari,
2000: 4).
B. Karakteristik
Pembelajaran dengan Metode Saintifik
Pembelajaran
dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi
konsep, hukum atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
a. Tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa
bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.
b. Prinsip-prinsip
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
2. Pembelajaran membentuk student self concept.
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa.
6. Pembelajaran meningkatkan motivaasi belajar siswa dan
motivasi mengajar guru.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi.
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan
prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
C. Langkah-Langkah
Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013
untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah
(saintifik). Meliputi : menggali informasi melalui observimg/pengamatan, questioning/bertanya,
experimenting/percobaan, kemudian
mengolah data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, associating/menalar, kemudian
menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk jaringan/networking. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu,
sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi, seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus
tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari
nilai-nilai atau sifat-sfat non-ilmiah.
Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai
aplikasi pendekatan pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum sekarang
ini. Scientific approach (pendekatan
ilmiah)adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi
pembelajaran Kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran
kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan
melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah/scientific approach mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai
berikut.
a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
hanya kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif
guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-mert, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespons materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan
jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Sedangkan proses pembelajaran menyentuh
tiga ranah, yaitu attitude/sikap, knowledge/pengetahuan, dan skill/keterampilan (disingkat KSA = knowledge, skill, dan attitude).
a. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.
b. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
c. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu apa”.
d. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan anatar
kemampuan untuk menjadi manusia yang lebih baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak (hard skill)
dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
e. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi.[2]
D. Fungsi
dan Peranan Kurikulum 2013
Menurut Subandijah (1993: 2) kurikulum adalah
aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta
didik dibawah bimbingan sekolah, baik dalam maupun diluar sekolah.
Menurut Posner (1992) dalam Muhammad Nuh
(2013: 32) kurikulum adalah seluruh pengalaman yang direncanakan yang akan
dialami oleh siswa dalam seluruh proses pendidikan disekolah; sehingga tujuan
pendidikan tercapai. Pengalaman itu mengandung beberapa hal antara lain:
1. Pengalaman itu menyangkut pengalaman kurikuler dikelas,
dan pengalaman kokurikuler, dan pengalaman luar sekolah (ekstrakulikuler).
2. Pengalaman itu berkaitan dengan konteks, filsafat, isi,
pengaturan isi, metode, dan evaluasi.
3. Pengalaman itu hanya akan jalan bila beberapa hal berikut
disertakan/dilibatkan:
* Guru
* Fasilitas
* Infrastruktur
* Buku
* Situasi dan suasana sekolah
Menurut Mida Latifatul M (2013: 15)
pengertiuan kurikulum seperti yang dijabarkan diatas dianggap terlalu
sederhana, karena pada dasarnya istilah kurikulum tidak hanya terbatas pada
sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakupsemua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami
secara langsung oleh siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
Pendekatan
saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
a.
Mengamati
(observasi)
Mengamati
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
b.
Menanya
Dalam kegiatan
mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk
bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
c.
Mengumpulkan
Informasi
Tindak lanjut dari
bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
d.
Menalar
Memproses informasi
yang sudah dikimpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dari kegiatan
mengumpulkan.[3]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan yang terjadi pada Kurikulum 2013 dari kurikulum
sebelumnya. Bertujuan dalam rangka menerapkan pendidikan yang bernutu untuk
diterapkan pada sekolah/ madrasah. Agar mencetak peserta didik yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi.
B. Saran
Bagi pengajar yang terpenting adalah
mengubah mindset dan memahami serta
mampu menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang diterpkan pada
Kurikulum 2013 ini dengan baik, sesuai dengan standar proses yang telah
dipersyaratkan sesuai dengan peraturan
yang diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kurikulum 2013 : Langkah-Langkah
Umum Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik (2)
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual.
Ghalia Indonesia : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar