Arus listrik dalam suatu elektronika tentunya sangat kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak sekali peralatan rumah tangga yang menggunakan tegangan listrik diantaranya setrika, televisi, lampu, dan sebagainya. Manfaat dari listrik tentu patut kita syukuri keberadaannya, namun apakah anda sepenuhnya paham mengenai seluk-beluk arus listrik? Arus dapat dibedakan menjadi dua, yaitu arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Perbedaan yang paling mendasar dari arus searah dan arus bolak-balik adalah terletak pada arah arusnya. Arah arus searah mengalir dalam satu arah sedangkan arah arus bolak-balik mengalir dalam dua arah. Pada kesempatan kali ini akan kita bahas tentang arus listrik searah (DC). Untuk lebih jelasnya, ayo simak uraian berikut dengan seksama!
A.
Arus Listrik
Arus
listrik merupakan aliran partikel-partikel bermuatan listrik. Sebelum elektron
ditemukan, arus listrik ditetapkan sebagai partikel-partikel bermuatan positif
yang bergerak dari kutub positif ke kutub negative baterai. Aliran listrik yang
mengalir pada penghantar dapat berupa arus searah atau direct current (DC) dan
dapat berupa arus bolak-balik atau alternating current (AC).
1. Arus listrik searah atau direct current
(DC)
Arus searah (DC)
adalah arus yang alirannya dari kutub negative menuju ke kutub positif.
Tegangan DC selamanya tetap, jika tegangan itu berpotensial positif maka
seterusnya positif dan jika tegangan itu berpotensial negative, maka seterusnya
negative.
2. Kuat arus listrik
Kuat arus listrik
adalah jumlah muatan listrik yang melalui penampang suatu penghantar setiap
satuan waktu, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
I = q/t atau q = It
Keterangan:
I = kuat arus
listrik (A)
q = muatan listrik
yang mengalir (c)
t = waktu yang
diperlukan (s)
B.
Hukum Ohm
Hukum
Ohm berbunyi “ Kuat arus yang mengalir pada suatu penghantar sebanding dengan
beda potensial antara ujung-ujung penghantar itu dengan syarat suhunya
konstan/tetap “.
Persamaan hukum
Ohm tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.
R = V/I atau V = IR
Keterangan
:
V = beda potensial atau
tegangan (V)
I = kuat arus listrik
(A)
R = hambatan listrik
(Ω)
C.
Hambatan Listrik
Jenis hambatan
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut.
1. Resistor variabel
Resistor variable
yang kita kenal ada dua, yaitu resistor variabel tipe berputar dan bergeser
(rheostat). Cara kerja kedua resistor adalah sama, yaitu memutar atau menggeser
kontak luncur untuk menambah atau mengurangi nilai hambatan sesuai kebutuhan.
2. Resistor tetap
Pada resistor
tetap yang biasanya dibuat dari karbon atau kawat nikrom tipis, nilai
hambatannya disimbolkan dengan warna-warna yang melingkar pada kulit luarnya.
Symbol warna-warna tersebut mempunyai arti sesuai letaknya.
D.
Rangkaian Hambatan Listrik
1. Rangkaian hambatan seri
Rangkaian hambatan
seri adalah rangkaian yang disusun secara berurutan (segaris) besar kuat arus
(I) disetiap titik dalam rangkaian tersebut adalah sama. Hambatan pengganti
pada rangkaian seri dapat dirumuskan sebagai berikut.
RS = R1+R2+R3+…+Rn
Keterangan
:
RS =
hambatan seri (Ω)
Rn = hambatan
ke-n (Ω)
n = banyaknya
hambatan
2. Rangkaian hambatan paralel
Hambatan parallel
adalah rangkaian yang disusun secara berdampingan/berjajar. Hambatan pengganti
pada rangkaian parallel dapat dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan
:
Rp =
hambatan paralel (Ω)
Rn =
hambatan ke-n (Ω)
n= banyaknya
hambatan
Latihan
Siswa
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Dalam suatu oennghantar dilewati muatan
listrik 3 coulomb dalam waktu 1 menit. Berapakah kuat arusnya ?
2. Sebuah aki mobil 12 V memberikan kuat arus
listrik sebesar 2,5 mA pada sebuah rangkaian yang di dalamnya terdapat sebuah
resistor. Berapakah hambatan resistor tersebut ?
3. Sebuah lampu mempunyai hambatan 660 Ω,
dipasang pada tegangan 220 volt. Berapakah kuat arus listrik yang mengalir pada
oenghantar tersebut ?
4. Kuat arus listrik yang mengalir pada suatu
kabel yang luas penampang kawatnya 0,2 mm2 dalam suatu rangkaian
elektronika adalah 0,17 mA. Dalam satu jam, berapakah besar muatan yang melalui
kabel tersebut?
5. Tiga buah hambatan, masing-masing nilainya
3 Ω, 4 Ω, dan 6 Ω dirangkai secara parallel. Hitunglah hambatan penggantinya!
E.
Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff
merupakan hukum yang mempelajari arus listrik dalam suatu percabangan. Hukum
Kirchhoff dibagi dua, sebagai berikut.
1. Hukum I Kirchhoff
Hukum I Kirchhoff
menyatakan bahwa “ jumlah arus yang masuk pada titik percabangan sama dengan
jumlah arus yang keluar dari titik percabangan tersebut”. Secara matematis,
hukum Kirchhoff dirumuskan:
∑Imasuk = ∑Ikeluar
2. Hukum II Kirchhoff
Hukum II Kirchhoff
menyatakan bahwa “jumlah perubahan potensial yang mengelilingi lintasan
tertutup pada suatu rangkaian harus sama dengan nol”. Secara matematis, hukum
II Kirchhoff dapat dinyatakan sebagai berikut.
∑E = ∑ (I X R)
Keterangan
:
E = GGl sumber
arus (V)
I = kuat arus
listrik (A)
R = Hambatan (Ω)
a. Kuat arus listrik dalam rangkaian
sederhana
Pada dasarnya
sumber tegangan GGL memiliki hambatan dalam yang disimbolkan dengan r. nilai r
ini adalah nilai hambatan yang ada dalam GGL sumber tegangan pada suatu
rangkaian.
E = (I x r) + (I x R) atau E = I (r+R) atau I = E/(r+R)
Nilai I x R pada
persamaan diatas merupakan tegangan penggunaan diluar sumber arus yang disebut
tegangan jepit (K). Jadi, persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut.
E = I x r + K atau
K = E – I x r
Keterangan:
E = GGL sumber
arus (V)
I = kuat arus listrik
(A)
r = hambatan dalam
sumber arus (Ω)
r = hambatan
penghambat (Ω)
k = tegangan jepit
(V)
b. Kuat arus listrik dalam rangkaian majemuk
(kompleks)
Berdasarkan hukum
II Kirchhoff dapat dihitung dengan persamaan berikut.
E1 – E2
+ E3 = I (r1 + R1 + r2 + R2
+ R3 + R4 + r3)
F.
Daya Listrik dalam Kehidupan Sehari-hari
Besarnya energy
setiap satuan waktu disebut daya listrik. Secara matematis daya listrik dapat
dituliskan sebagai berikut.
P = W/t = V I = I^2 x R = V^2/R
Keterangan :
P = daya listrik (W)
W = energy listrik (J)
V = tegangan listrik
(V)
I = kuat arus listrik
(A)
R = hambatan listrik
(Ω)
G.
Jenis-jenis Peralatan Listrik Searah
1.
Galvanometer
Sebuah
galvanometer terdiri atas sebuah magnet, kumparan kawat, pegas spiral, jarum
penunjuk, dan skala kalibrasi. Prinsip kerja galvanometer, yaitu ketika arus
melewati kumparan dalam sebuah medan magnet, kumparan akan mengalami sebuah
torka yang sebanding dengan arus. Jika perputaran kumparan di dalam medan
magnet dilawan oleh sebuah pegas maka besar simpangan dari jarum yang diikatkan
pada kumparan sebanding dengan arus kumparan tersebut.
2.
Amperemeter
Amperemeter adalah
alat untuk mengukur kuat arus listrik. Amperemeter yang sering digunakan di
laboratorium, skala maksimumnya 5 A, 10 A dan 20 A. Amperemeter bekerja
berdasarkan prinsip gaya magnetik (gaya Lorentz). Ketika arus mengalir melalui
kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet, timbul gaya Lorentz yang
menggerakkan jarum penunjuk menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan
besar maka gaya yang timbul juga akan membesar, sehingga penyimpangan jarum
penunjuk juga akan lebih besar dan sebaliknya. Jika kita akan mengukur arus
yang melewati penghantar dengan menggunakan amperemeter, maka kita harus pasang
seri dengan cara memotong penghantar agar arus mengalir melewati amperemeter.
Kuat arus yang terukur dapat dicari dengan menggunakan rumus:
I = ((angka yg ditunjuk)/Skala maksimum) x A
Keterangan:
A = nilai amperemeter
yang digunakan
3.
Voltmeter
Voltmeter adalah
alat yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik. Prinsip kerja voltmeter
hamper sama dengan amperemeter, karena desainnya juga terdiri dari galvanometer
dan hambaatan seri atau multiplier. Untuk mengukur tegangan harus menggunakan
voltmeter yang dipasang parallel. Pada rangkaian arus searah pemasangan kutub
voltmeter harus sesuai. Kutub positif dengan potensial tinggi dan kutub
negative dengan potensial rendah. Bila pemasangan terbalik terlihat
penyimpangan yang arahnya ke kiri.
Latihan
Siswa
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Hambatan sebuah kawat 10,5 Ω dihubungkan
dengan sumber GGL 5,5 V dan hambatan dalam sumber 0,5 Ω. Berapakah kuat
arusnya?
2. Dua buah baterai disusun seri. Setiap
baterai mempunyai beda potensial 1,5 V dan hambatan dalam 0,5 Ω. Bila baterai
dihubungkan dengan hambatan 5 Ω, maka berapakah kuat arus yang mengalir?
3. Empat buah baterai masing-masing memiliki
GGL 1,5 V memiliki hambatan dalam masing-masing 0,5 Ω disusun seri dan
dihubungkan dengan hambatan 1,875 Ω. Berapakah kuat arus yang mengalir?
4. Pada sebuah kipas angina tertulis 100 W,
220 V. kipas tersebut dipakai selama 4 jam, berapakah hambatan kipas angina
tersebut?
5. Pada soal nomor 4, berapa daya yang
dipakai jika dihubungkan dengan tegangan 110 V?
6. Sebuah baterai mempunyai GGL sebesar 6 V.
pada saat kedua kutub baterai dihubungkan singkat terjadi arus listrik sebesar
3 A. berapakah hambatan dalam baterai tersebut?
7. Hambatan sebuah kawat 4 Ω serta memiliki
hambatan dalam sumber sebesar 2 Ω. Berapa sumber tegangan GGL yang dibutuhkan
jika kuat arusnya 3 A?
8. Sebuah setrika listrik yang memiliki
spesifikasi 300 W/220 V digunakan selama 2 jam setiap hari. Jika setrika
dipasang pada sumber tegangan 110 V, maka berapakah biaya tagihan listrik dalam
satu bulan dengan biaya per kWh adalah Rp 100,00?
9. Sebuah amperemeter dengan hambatan dalam RA
sebesar 50 Ω mempunyai batas ukur maksimum 1 mA. Berapakh besar hambatan
paralel (Shunt) yang harus dipasang agar amperemeter ini mempunyai batas ukur
maksimum 1 A?
10. Sebuah galvanometer dengan hambatan dalam
RG sebesar 50 Ω mengalami simpangan maksimum. Jika dilalui arus
sebesar 10 mA, galvanometer akan dibuat menjadi amperemeter yang mampu mengukur
arus hingga 5 A dengan menggunakan sebuah hambatan shunt. Berapakah besar
hambatan tersebut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar