Sabtu, 18 Oktober 2014

VISKOSITAS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan viskositas (kekentalan) relatif suatu zat cair menggunakan air sebagai pembanding

1.2 DASAR TEORI
1.2.1  Pengertian Viskositas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang diberkan oleh suatu cairan. Kebanyakan viscometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler). Definisi lain dari viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Viskositas cairan akan menimbulkan gesekan antar bagian atau lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh gaya kohesi di dalam zat cair (Yazid, 2005).
Setiap zat cair memiliki viskositas (kekentalan) yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan daya alir setiap zat cair pun berbeda-beda. Bila suatu cairan dalam viscometer mengalir dengan cepat, maka berarti viskositas dari cairan tersebut rendah (misalnya air) dan bila suatu cairan mengalir dengan lambat, maka cairan tersebut viskositasnya tinggi (misalnya madu). Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Nilai viscositas menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan.
Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Satuan cgs (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam centipoise (cP). 1 cP = 1/1000 P. Satuan Poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Prancis, almarhum Jean Louis Marie Poiseuille.
            1 Poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Zat cair lebih kental (viskositasnya) daripada gas, sehingga untuk mengalirkan zat cair diperlukan gaya yang lebih besar dibandingkan dengan gaya yang diberikan untuk mengalirkan gas. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut ( Wylie, 1992) :
a)      Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.
b)      Mempunyai rapat masa dan berat jenis.
c)      Dapat dianggap tidak termampatkan.
d)     Mempunyai viskositas (kekentalan).
e)      Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan.

2.2.1  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Viskositas
Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut (Bird,1987):
a)      Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
b)      Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.
c)      Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya semakin cepat.
d)     Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
e)      Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
f)       Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.
g)      Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula

3.2.1  Hukum-hukum Viskositas
a.      Hukum Poiseuille
Suatu fluida tidak kental bias mengalir melalui pipa yang bertingkat tanpa adanya gaya yang diberikan. Pada fluida kental (viskos) diperlukan perbedaan tekanan Antara ujung-ujung pipa untuk menjaga kesinambungan aliran, apakah air atau oli pada pipa atau darah pada system sirkulasi manusia.
Banyaknya cairan yang mengalir persatuan waktu melalui penampang melintang terbentuk silinder berjari-jari r, yang panjangnya L, selain ditentukan oleh beda tekanan (  pada kedua ujung yang memberikan gaya pengaliran juga ditentukan oleh viscositas cairan dan luas penampang pipa. Hubungan tersebut dirumuskan oleh viscositas cairan dan luas penampang pipa. Hubungan tersebut dirumuskan oleh Poiseuille yang dikenal dengan hukum Poiseuille sebagai :


Dengan Q adalah kecepatan aliran volume (volume cairan V yang melewati pipa persatuan waktu (t) dinyatakan dalam satuan SI m3/S).

Keterangan :
Å‹ : viskositas cairan (Nm-2. s) atau Poise
t : waktu yang diperlukan cairan dengan volume
mengalir melalui alat (s).
v : volume total cairan (L)
 : tekanan pada cairan (Pa)/atm
r : jari-jari tabung (m)
L :  panjang pipa (m)
Persamaan diatas memperlihatkan bahwa Q berbanding terbalik dengan viskositas cairan. Semakin besar viskositas,hambatan aliran juga semakin besar sehingga Q menjadi rendah. Kecepatan aliran volume juga sebanding dengan gradien tekanan /L dan pangkat empat jari-jari pipa. Ini berarti bahwa jika r diperkecil sehingga menjadi setengahnya, maka akan dibutuhkan 16 kali lebih besar tekanan untuk memompa cairan lewat pipa pada kecepatan aliran volume semula persamaan ini berlaku untuk gas dan juga pipa cairan.
b.      Hukum Stokes
Apabila benda padat bergerak dengan kecepatan tertentu dalam medium fluida  kental, maka benda tersebut akan mengalami hambatan yang diakibatkan oleh gaya gesekan fluida. Gaya gesek tersebut sebanding dengan kecepatan relative gerak benda terhadap medium dan viskositasnya. Besarnya gaya gesekan fluida telah dirumuskan sebelumnya sebagai:


Dimana k adalah koefisien yang besarnya bergantung bentuk geometric benda. Dari hasil percobaan, untuk benda berbentuk bola dengan jari-jari r diperoleh k = 6Ï€r. Dengan memasukkan nilai k diperoleh:
F = 6 Ï€ r  v
Persamaan ini pertama kali dinyatakan oleh Sir George Stokes (1845) yang dikenal dengan hokum Stokes. Bila gaya F diterapkan pada partikel berbentuk bola dalam larutan, maka Stokes menunjukkan bahwa untuk aliran Laminar berlaku:
f = 6 Ï€ r  v
dimana f adalah koefisien gesek dari partikel.

4.2.1  Alat Ukur Viskositas
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :


1)      Viscometer Oswald
Yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri.
Didalam percobaan diukur waktu aliran untuk volume V (antara tanda a dan b) melalui pipa kapiler yang vertical. Jumlah tekanan (P) dalam hokum Poiseuille adalah perbedaan tekanan Antara kedua permukaan cairan, dan berbanding lurus dengan berat jenis cairan ( ). Dalam praktek R dan L sukar diukur secara teliti dalam persamaan Poiseuille. Karenanya viskositas cairan ditetapkan dengan cara membandingkannya dengan cairan yang mempunyai viskositas tertentu, misalnya air.
Persamaan yang digunakan adalah:


sehingga
×
=
1                               
2                                        2
=
=
           (Pt)1         P1t1
             (Pt)2         P2t2
Dimana:
P :  × konstanta
 : density



2)      Viskometer Hoppler
Yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sebuah bola untuk melewati cairan pada jarak atau tinggi tertentu. Karena adanya gravitasi benda yang jatuh melalui medium yang berviskositas dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan dicapai jika gaya gravitasi (g) sama dengan gaya tahan medium (f) besarnya gaya tahan (frictional resistance) untuk benda yang berbentuk bola stokes.

3)      Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Moechtar,1990)

4)      Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Moechtar,1990).






BAB II
METODOLOGI

2.1  ALAT DAN BAHAN
2.1.1  Alat yang digunakan

1)      Viscometer otswald
2)      Gelas kimia 100 ml
3)      Pipet ukur
4)      Pipet tetes
5)      Stopwatch
6)      Botol aquadest
7)      Piknometer
8)      Bulp
9)      Labu ukur
10)  Thermometer
11)  Neraca digital

2.1.2  Bahan yang digunakan
1)      Etanol murni
2)      Etanol berbagai konsentrasi
3)      Kerosin (minyak tanah)
4)      Aquadest

2.2  PROSEDUR PERCOBAAN
2.2.1  Pengukuran viskositas
1)      Membersihkan viscometer menggunakan pelarut yang sesuai dan melewatkan udara bersih, kering sampai semua pelarutnya habis atau hilang.
2)      Mengisi viscometer dengan sampel yang akan dianalisa melalui tabung G hingga reservoir terbawah, sampel cukup hingga level antara garis J dan K.
3)      Menempatkan jari pada tabung B dan memasukkan penghisap pada tabung A sampai larutan mencapai tengah bulp C.
4)      Memindahkan penghisap dari tabung A dan memindahkan jari dari tabung B apabila cairan tepat berada pada garis M serta mengukur waktu alir cairan yang mengalir dari garis M ke garis N secara bersamaan.
5)      Melakukan percobaan secara duplo
6)      Mengulang untuk sampel yang berbeda

2.2.2  Pengukuran Berat Jenis
1)      Menimbang piknometer kosong dengan menggunakan neraca digital kemudian mencatat hasilnya.
2)      Menimbang piknometer yang telah di isi oleh sampel dan mencatat hasilnya
3)      Menghitung massa jenis masing-masing sampel. Dengan rumus:
4)      Menghitung viskositas masing-masing sampel. Dengan rumus:


2.3  DIAGRAM ALIR
2.3.1  Pengukuran viskositas
Membersihkan viscometer menggunakan pelarut yang sesuai dan melewatkan udara bersih, kering sampai semua pelarutnya habis atau hilang
Mengisi viscometer dengan sampel yang akan dianalisa melalui tabung G hingga reservoir terbawah, sampel cukup hingga level antara garis J dan K
Menempatkan jari pada tabung B dan memasukkan penghisap pada tabung A sampai larutan mencapai tengah bulp C
Memindahkan penghisap dari tabung A dan memindahkan jari dari tabung B apabila cairan tepat berada pada garis M serta mengukur waktu alir cairan yang mengalir dari garis M ke garis N secara bersamaan
Melakukan percobaan secara duplo
Mengulang untuk sampel yang berbeda

 

















2.3.2 
Menimbang piknometer kosong dengan menggunakan neraca digital kemudian mencatat hasilnya
Pengukuran Berat Jenis

Menghitung massa jenis masing-masing sampel

Menghitung viskositas masing-masing sampel

Menimbang piknometer yang telah di isi oleh sampel dan mencatat hasilnya

 










BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  DATA PENGAMATAN

Tabel 3.1.1 Hasil Pengukuran Waktu Efflux
No.
Larutan
Kode
Waktu (s)

1.       
Aquadest
A
5,2

B
5,2
2.       
Kerosin
A
8,8
B
8,8
3.       
Etanol 10%
A
7,7
B
7,7
4.       
Etanol 20%
A
8,3
B
8,3
5.       
Etanol 50%
A
10,8
B
10,8
6.       
Etanol murni
A
5,6
B
5,6






Tabel 3.1.2 Penentuan Berat Jenis

No.

Larutan

Kode

Suhu (oC)

Massa Piknometer Kosong (g)

Massa Piknometer + Larutan (g/ml)

Massa
Larutan (g)
1.       
Aquadest
A
29
16,4410
26,0360
9,595
B
29
16,4410
26,0365
9,5955
2.       
Kerosin
A
29
16,5372
24,1620
7,6248
B
29
16,5372
24,1616
7,6244
3.       
Etanol 10%
A
31
16,4831
25,9292
9,4461
B
31
16,4831
25,9306
9,4475
4.       
Etanol 20%
A
32
16,4389
25,9787
9,5398
B
32
16,4389
25,9789
9,54
5.       
Etanol 50%
A
33
16,5147
26,4227
9,908
B
33
16,5147
26,4822
9,9075
6.       
Etanol Murni
A
29
16,4932
24,1732
7,68
B
29
16,4932
24,1726
7,6794







3.2  HASIL PERHITUNGAN
Tabel 3.2.1 Hasil Perhitungan Viskositas
No.
Jenis Larutan
Viskositas (cP)
1.       
Aquadest
0,00008
2.       
Kerosin
1,0556 × 10-4
3.       
Etanol 10%
1,1443 × 10-4
4.       
Etanol 20%
1,2456 × 10-4
5.       
Etanol 50%
1,5427 × 10-4
6.       
Etanol murni
6,7657 × 10-5

3.3  PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu viskositas cairan berbagai larutan, dimana salah satu tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan harga viskositas atau kekentalan dari beberapa cairan dengan air sebagai pembandingnya. Dimana viskositas larutan merupakan fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya tarik antar molekul dan struktur larutan. Viskositas dalam zat cair disebabkan karena adanya gaya kohesi atau tarik menarik  antar molekul sejenis. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperature, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Tiap molekul dalam larutan dianggap dalam kedudukan seimbang, sehingga sebelum suatu lapisan molekul dapat melewati lapisan molekul lainnya diperlukan suatu energy tertentu. Pada praktikum kali ini cairan yang ditentukan viskositasnya yaitu etanol 10% , etanol 20% , etanol 50% , etanol murni dan kerosin. Setiap larutan ini memiliki viskositas yang berbeda-beda.
Viskositas merupakan kekentalan zat cair, dapat didefinisikan sebagai sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser (t) pada waktu bergerak atau mengalir dan disebabkan juga oleh kohesi antar partikelnya. Pada praktikum kali ini yang digunakan yaitu metode Oswald. Prinsip kerja dengan menggunakan viscometer ostwald yaitu pertama-tama larutan yang akan dimasukkan kedalam reservoir A diukur suhunya. Untuk pengukuran suhu larutan hanya dilakukan sekali saja. Kemudian viscometer diletakkan dalam thermostat pada posisi vertical, kemudian dimasukkan cairan melewati garis M dan reservoir A masih terisi setengahnya. Dengan penghisap, cairan B dibawa sampai sedikit melewati garis M dan dibiarkan mengalir secara bebas ke N . Waktu yang diperlukan larutan untuk mengalir dari garis M ke garis N diukur dengan menggunakan stopwatch lalu dicatat dalam data pengamatan. Percobaan diulangi sebanyak dua kali lagi untuk tiap-tiap larutan.
Berdasarkan hasil pengamatan untuk pengukuran suhu diperoleh suhu aquadest yaitu 28oC , suhu kerosin yaitu 29oC , suhu etanol murni yaitu 29oC , suhu etanol 10% yaitu 31 oC , suhu etanol 20% yaitu 32oC, dan suhu etanol 50% yaitu 33 oC.  Setelah melakukan pengukuran diperoleh viskositas masing-masing larutan yaitu, untuk aquadest viskositasnya adalah 0,00008 cP , untuk etanol murni viskositasnya adalah 6,7657 × 10-5 , untuk etanol 10%  viskositasnya adalah 1,1443 × 10-4 cP , untuk etanol 20% viskositasnya adalah 1,2456 × 10-4 cP , untuk etanol 50% viskositasnya adalah 1,5427 × 10-4 cP dan untuk kerosin viskositasnya adalah 1,0556 × 10-4 cP .
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
Hasil praktikum yang telah diperoleh dari perhitungan viskositas larutan-larutan tersebut belum sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwasanya semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin tinggi pula viskositasnya. Salah satu yang membuat hasil paraktikum tidak sesuai dengan teori adalah viskositas etanol murni yang tidak berbanding lurus dengan etanol 10% , etanol 20% dan etanol 50% yang mana semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi viskositasnya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena etanol dengan konsentrasi 10% , 20% dan 50% melalui proses pengenceran, sehingga ada proses pencampuran air. Pencampuran air yang mempengaruhi massa jenis tersebut karena biasanya suatu zat cair yang dicampurkan dengan air, massa jenis zat cair tersebut telah mendekati massa jenis air. Sehingga etanol dengan konsentrasi 10%, 20% dan 50% memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan etanol murni. Oleh sebab itu etanol dengan konsentrasi 10% , 20% dan 50% memiliki nilai viskositas lebih besar dibandingkan etanol murni. Padahal etanol murni memiliki konsentrasi lebih besar dibandingkan etanol dengan konsentrasi 10% , 20% dan 50% . karena dalam perhitungan viskositas sendiri massa jenisnya berpengaruh, massa jenis suatu zat berbanding lurus dengan viskositas.
Jenis zat suatu zat cair juga dapat mempengaruhi nilai viskositas. Salah satunya adalah kekentalan. Kekentalan suatu zat biasanya dipengaruhi oleh massa jenis zat tersebut. Semakin besar massa jenis maka semakin tinggi kekentalan suatu zat tersebut. Pengaruh dari kekentalan terhadap energy pengaktifan suatu aliran adalah semakin tinggi tingkat kekentalan suatu zat cair maka energi pengaktifan akan semakin kecil sehingga akan memperlambat aliran dari zat tersebut, tetapi jika semakin rendah kekentalan suatu zat cair maka energy pengaktifannya semakin besar dan akan memperlambat aliran. Dari hasil praktikum dapat dilihat nilai viskositas kerosin lebih kecil dari nilai viskositas etanol. Hal ini terjadi karena kerosin sendiri memiliki massa jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan etanol, sebab massa jenis juga  mempengaruhi kekentalan zat tersebut sehingga waktu efflux zat tersebut semaki lama. Jadi, semakin besar massa jenis suatu zat, maka semakin kental suatu zat tersebut dan semakin lama waktu efflux suatu zat maka nilai viskositasnya semakin besar.





BAB IV
PENUTUP

4.1  KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1)      Viskositas untuk kerosin adalah sebesar 1,0556 × 10-4 cP
2)      Viskositas untuk etanol 10% adalah sebesar 1,1443 × 10-4 cP
3)      Viskositas untuk etanol 20% adalah sebesar 1,2456× 10-4 cP
4)      Viskositas untuk etanol 50% adalah sebesar 1,5427 × 10-4 cP
5)      Viskositas untuk etanol murni adalah sebesar 6,7656 × 10-5 cP
6)      Massa jenis mempengaruhi nilai viskositas, karena semakin tinggi massa jenis suatu zat maka viskositasnya akan semakin tinggi pula

















DAFTAR PUSTAKA


Modul Ajar . Praktikum Dasar Proses Kimia . Polnes . Tahun 2013





















LAMPIRAN



PERHITUNGAN

1)      Massa Jenis Larutan
a.       Aquadest



b.      Kerosin




c.       Etanol 10%





d.      Etanol 20%



e.       Etanol 50%



f.       Etanol murni



2)      Viskositas Larutan
a)      Kerosin
-4 cP


b)      Etanol 10%
-4 cP


c)      Etanol 20%
-4 cP

d)     Etanol 50%
-4 cP


e)      Etanol Murni
-5 cP









GAMBAR ALAT

           
         Viskometer otswald                   Stopwatch                   Botol Aquadest

                  
         Gelas Kimia                               Bulp                            Piknometer

           
         Pipet Ukur                      Pipet Tetes                              Labu Ukur
              
         Neraca Digital                            Thermometer

Wikipedia

Hasil penelusuran